Senin, 14 September 2009

Selamat Datang "BACKSPACER"


20 September mendatang akan menjadi hari yang sakral bagi seluruh penggemar Pearl Jam di Indonesia. Album kesembilan band survivor "Seattle Scene" ini bakal meluncur, mengiringi ekistensi selama hampir dua dekade. Dan seperti halnya tradisi launching album di era internet, saya memprediksi bahwa sebentar lagi materi di album ini akan bocor. Ini karena preview untuk media sudah beredar, dan tak lama lagi ulasan mengenai album Backspacer akan memenuhi headline review media-media musik terkemuka.

Juli lalu, single perdana telah meluncur, berjudul The Fixer. Bulan sebelumnya, lagu baru lain juga telah premir, berjudul Got Some yang dipentaskan di format baru acara Tonight Show bersama Conan O'Brien. Banyak opini yang mengudara selepas dua lagu tersebut edar, ditambah versi demo Speed of Sound yang juga ditebar gratis beriringan dengan viral marketing Backspacer. Opini yang paling banyak mengemuka, adalah tentang The Fixer, yang mendapat approval rating berimbang antara pihak yang pro dan kontra. Saya sendiri, jujur saja, tidak terlalu mengandalkan The Fixer yang berbau new wave dekade 80an dengan banyak bermain di middle layer (ritem ringan dan cenderung diisi melodi harmoni sepanjang lagu). Disamping itu, sejarah juga menunjukkan bahwa single lebih sering bukan merupakan lagu terbaik dari satu album. Plus, Got Some yang saya dengar sebulan sebelum The Fixer jauh lebih meninggalkan bekas. So, saya tetap menyongsong album dengan optimisme tinggi.

Dan akhir Agustus ini, optimisme itu makin meninggi. Setelah mendengarkan klip 30 detik dari semua track di Backspacer, saya merasa sangat "upbeat" menyambut album baru Pearl Jam. Dari klip yang bisa didengar dari Amazon ini Pearl Jam masih menawarkan diversifikasi musik yang meluas, seperti halnya ciri khas mereka sejak album ketiga dan seterusnya. Ini adalah aspek adventurous yang selalu menjadi nilai untuk memperbarui kreativitas mereka dan tidak terkukung dengan stigma "biggest selling album". Bagi saya pribadi, dari impresi ini, saya optimis Backspacer bisa lebih bagus dari album sebelumnya (Self Titled/2006).

So, here's my instant response, hasil apresiasi klip 30 detik yang di-provide kawan Farry Aprianto beberapa hari yang lalu di milis Pearl Jam Indonesia. So, kudos to mas Farry as well...

Gonna See My Friend


Influens terbesar dari lagu ini sepertinya datang semasa Ed Vedder dan Pearl Jam rajin "kongkow" bersama Kings of Leon. Southern Rock versi mutakhir. Bahkan cara bernyanyi Vedder sekalipun sedikit bergaya Caleb Followill. Rocking out hard, dan sangat potensial jadi track terbaik di album!

Got Some


Dikembangkan dari riff dengan hook yang catchy ala Stone Gossard, plus permainan start/stop di awal lagu menambah kesan menarik dari lagu yang sudah premir bulan Juni ini.

The Fixer


Singel pertama, yang berbau new wave. Banyak bermain di middle layer, dengan duo gitar banyak diisi fill melodi secara harmoni di sebagain besar lagu.

Johnny Guitar


Rock tahun 60-an, dan berbau The Who. Ada sedikit influens Mo-Town, dari cara bernyanyi seperti lagu Holland/Dozier/Holland yang sering dibawakan Pearl Jam, "Leaving Here".

Just Breathe


Folk ala album solo Eddie Vedder, "Into the Wild", yang dikombinasikan dengan gaya vokal yodelling. Bisa dibilang lagu yang paling bergaya Bob Dylan-esque di sepanjang katalog Pearl Jam. It's about time they give tribute to the ol' man.

Unthought Known


Strukturnya adalah progresi musik dari minimalis ke full band. Mungkin efeknya bakal seperti mendengarkan "In My Tree" (No Code/1996), dalam versi vokal Vedder tahun 2006 ke atas.

Amongst the Waves


Koneksi, linkage (dan konteks) ke album sebelumnya (Self Titled/2006). Mempunyai konsep musik yang hampir sama dengan lagu sebangsa "Marker in the Sand" atau "Unemployable" yang didominasi pattern American Rock.

Supersonic


Raw punk gaya The Ramones. Rocking hard as well. Bentuk tributasi yang lain di album ini, I supposed.

Speed of Sound


Much more "full band" than the demo version. Resemblance between "Gone" and "Comeback" from previous record (Self Titled/2006).

Force of Nature
Mid-temp yang menarik (setempo dengan lagu semacam "Light Years" (Binaural/2000)), dan saya memprediksi lagu ini bisa menjadi kuda hitam album, atau setidaknya menjadi fans-favorite.

The End
Ballad folk yang setipe dengan "Just Breathe" - masih ala "Into the Wild" dengan alunan petikan gitar akustik - sebagai final ending. Ironisnya, sedikit kontradiktif dengan mood overall album yang cenderung upbeat. Tapi itulah Pearl Jam. Unpredictable.

Oleh HELMAN TAOFANI

sumber: http://pearljamindonesia.blogspot.com



Bookmark and Share

0 comments:

The Next Best Thing

Football Stories

Kuta Karnival

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP